Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado menjadi tuan rumah pelaksanaan Lokakarya Nasional Akademisi dan Pimpinan Gereja Aras Nasional – Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia (Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI). Kegiatan dilaksanakan mulai dari tanggal 21-23 Desember 2022.
Sesi Ketiga Lokakarya membahas tentang “Menuju Kehebatan Indonesia di Panggung Dunia : Menata Arah Kebijakan Ditjen Bimas Kristen Bidang Pendidikan Keagamaan bersama Dr. Telha G. Ambung, M.Th (Rektor IAKN Palangkaraya), Prof. Yance Rumahuru (Rektor IAKN Ambon) dan Dr. Olivia Datu Wuwung, S.T., M.Pd (Plt. Rektor IAKN Manado) dan Binsar Pakpahan dari STFT Jakarta.
Dr. Telha G. Ambung, M.Th (Rektor IAKN Palangkaraya) sebagai Konvener menyampaikan bahwa dalam perbincangan ini sebagai para pemimpin PTKKN untuk dapat memberikan pandangan bagaimana Pendidikan Tinggi kedepan di bawah naungan Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI.
“Dalam kesempatan ini mari bersama memberi jalan keluar, supaya kedepan bagaimana Perguruan Tinggi (PT) kita baik negeri maupun swasta dapat menjadi PT yang diharapkan. Secara Institusi legalitas itu terakreditasi baik sekali, kemudian program studi juga bisa dipertanggung-jawabkan dan ini menjadi PR kita bersama”. Tutur Rektor IAKN Palangkaraya.
Dilanjutkan Rektor IAKN Palangkaraya, PT yang sehat selain bisa melaksanakan kegiatan dengan operasional yang baik dan sehat, tentunya juga harus diperhatikan salah satu persyaratan selain jumlah, perlu juga diperhatikan adalah bagaimana menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Binsar Pakpahan (Wakil Ketua STFT Jakarta) juga menjelaskan dalam penelitiannya ada 342 Prodi S1 Teologi tercatat di Forlap Dikti, 205 Prodi S1 Teologi yang (pernah) memiliki status akreditasi (162 belum kedaluawarsa), 175 Prodi S2 Teologi tercatat di forlap dikti dan 56 Prodi S2 pernah melakukanakreditasi (53 belum kedaluwarsa), 64 Prodi S3 tercatat di forlap dikti hanya 13 yang terakreditasi.
“Saya rasa salah satu syarat yang ditetapkan oleh Ditjen Bimas Kristen, ini usul konkrit saya adalah dengan membuat syarat minimum mahasiswa. Karena kampus yang sehat, mahasiswa di bawah 100 orang 5 dosen itu bisa dipastikan bukan kampus yang sehat. Tetapkan batas bawah kampus yang sehat. Saya rasa DBK akan memiliki kekuatan dari syarat tersebut.” Tutup Binsar Pakpahan.
Plt. Rektor IAKN Manado saat memaparkan materinya menyampaikan bahwa kalau berbicara bagaimana masukan kita dalam rangka kebijakan-kebijakan di Ditjen Bimas Kristen tentu harus merujuk dari Grand Design PTKK 2022-2045 (Pengembangan Mutu Terukur dan Berkelanjutan).
“7 PTKKN mestinya menjadi Pilot Project untuk mencapai 8 Indikator Kinerja Utama untuk Perguruan Tinggi.” Ujar Rektor.
Dilanjutkan Plt. Rektor, analisis sistemik komponen-komponen yang mempengaruhi kualitas PT yakni Visi dan Misi, Sasaran dan Tujuan, Tata Pamong, Pengelolaan Program, Proses Pembelajaran, Suasana Akademik, Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, Peningkatan dan Kendali Mutu, Mahasiswa, Dosen dan Tenaga Kependidikan, Kurikulum, Sarana dan Prasarana, Kurikulum, Biaya dan Sumber Dana, Lulusan dan Keluaran Lain serta Sistem Informasi.
“Strategi menuju World Class Univerity di antaranya, menghidupkan budaya riset dan budaya kerja unggul, peningkatan kemampuan bahasa inggris dan berbagai kristeria produktifitas, mengadakan kerjasama internasional, membangun jejaring publik dan hubungan alumni diperkuat.” Tutup Plt. Rektor IAKN Manado.
Prof. Yance Rumahuru (Rektor IAKN Ambon) di awal pemaparannya menyampaikan apakah penting bagi PTKKN ada moratorium bagi Program Studi Teologi dan Bagaimana melihat Konteks di bawah Binaan Ditjen Bimas Kristen.
“Ada dua konteks yang saya temukan yakni konteks aksesbilitas pendidikan dan budaya mutu. Budaya mutu kadang terabaikan karena selalu dianggap identik dengan uang. Kita membutuhkan tata kelola yang sehat. Membangun kultur itu harus dari diri masing-masing dan dimulai dari Dosen dan Tenaga Kependidikan dalam pengelolaan.” Ujar Rektor IAKN Ambon
Dilanjutkan Rektor IAKN Ambon, untuk menuju World Class University salah satu yang perlu diperhatikan bersama untuk peningkatan mutu yakni mengikuti sertifikasi ISO.
“Jika kita mengikuti sertifikasi ISO dengan sendirinya kita akan mengetahui kekuatan dan kelemahan kita seperti apa dan itu saya pastikan berdampak pada akreditasi. Kita perlu pendekatan dengan paradigma baru.” Harap Rektor IAKN Ambon.*DOP