Dies Natalis ke-14 IAKN Manado : Lantangkan Cinta Kasih jadi Ajakan Ketua Umum PGI dalam Refleksi dan Doa 

Mensyukuri penyertaan dan pertolongan Tuhan bagi Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado selama 14 tahun, perayaan Dies Natalis ke-14 yang bertajuk “Refleksi dan Doa untuk Pemulihan Bangsa dari Pandemi Covid-19” digelar secara virtual melalui aplikasi meeting dan dipancarkan secara langsung melalui Live Streaming Youtube Channel MBC IAKN Manado dan dihadiri oleh para pimpinan secara luar jaringan (luring) dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat di Aula IAKN Manado, Rabu (21/07/21).

Dalam rangkaian acara Pdt. Gomar Gultom, M.Th (Ketua Umum PGI) menyampaikan doa dan refleksi dengan sub tema “Umat Kristen Bersatu dan Berdoa Untuk Pemulihan Bangsa Indonesia dari Pandemi Covid-19”.

Pdt. Gomar Gultom, M.Th mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia sementara berada pada masa-masa sulit akibat pandemi Covid-19. Seluruh belahan dunia sementara bergelut melawan pandemi ini. pandemi tidak dapat dihadapi dengan cara biasa-biasa saja. pandemi ini layaknya perang dunia. Hampir semua umat manusia kini bersama-sama berperang membawa melawan.

“Umat Kristen di seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia sementara berdoa, bukan hanya umat Kristen saja tapi seluruh agama juga turut bersatu dan berdoa untuk menghentikan virus ini. Pandemi memporak-porandakan kehidupan kita baik masalah kesehatan, ekonomi sampai ke masalah sosial lainnya. Banyak yang merintih kesakitan bahkan kehilangan orang yang disayang, banyak juga orang yang kehilangan mata pencaharian. Banyak orang yang kehilangan harapan akan masa depan yang lebih baik.” Ujar Ketua Umum PGI.

Dilanjutkan Ketua Umum PGI, keadaan semakin genting karena kita tidak tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir.

Menurutnya, pandemi ini juga menjungkirbalikkan begitu banyak pendekatan yang kita pegang dan andalkan. Misalnya, sebagai gereja selama ini kita mengatakan bahwa gereja adalah persekutuan. Dan sebagai persekutuan pertemuan dan perjumpaan ragawi menjadi pendekatan yang paling aktif.
Firman itu telah menjadi daging. Perjumpaan secara ragawi itu terjadi. Maka dari waktu ke waktu gereja-gereja kita menghimbau umat untuk selalu mengahadiri perjumpaan, menghadiri pesekutuan doa, menghadiri ibadah di gereja, semuanya kita diajak berkumpul di sekitar altar secara fisik. Tetapi tiba-tiba kita kini mengatakan hindari perjumpaan, jaga jarak dan hindari persekutuan ibadah di Gereja, jangan dulu berkumpul di Gereja, beribadah dari rumah masing-masing.

Pdt. Gomar Gultom, M.Th menambahkan pandemi ini memaksakan kita berdiam diri dirumah dan sebagai akibatnya cukup fatal, dunia usaha mandek, perekoniman stag, banyak orang kehilangan mata pencaharian khususnya yang pehasilannya harian. Banyak orang yang kini akhirnya menggantungkan hidupnya pada bantuan sosial, baik bantuan sosial dari pemerintah maupun bantuan sosial dari mereka yang tergerak oleh belas kasih (para dermawan).

“Dalam suasana seperti Sekarang masalah sosial bagaikan jamur di musim penghujan, akibat dari banyaknya yang PHK, tingkat pengangguran semakin tinggi dan konsekuensi logisnya bukan tindak mungkin tindak criminal akan meningkat karena setiap orang memiliki insting untuk mempertahankan kehidupannya, untuk membiayai anak cucunya. Dalam kondisi seperti ini nilai nilai kemanusiaan juga bisa tergerus. Karena kita dipaksa tinggal dirumah.” Jelas Ketua Umum PGI.

Pdt. Gomar Gultom, M.Th menceritakan bahwa dirinya selalu berpikir kita terlalu banyak keluar rumah dan kurang bersekutu di tengah-tengah keluarga tetapi ternyata sebagian besar masyarakat harus tinggal dirumah, ternyata juga menimbulkan persoalan tersendiri, bukan hanya ancaman finansial kekurangan pencaharian tetapi juga dampak lanjutannya. Beberapa penelitian termasuk yang dilakukan oleh PGI, masa berdiam dirumah ternyata meningkatkan angka kekerasan domestik bahkan juga angka perceraian. Banyak faktor-faktor psiko-sosial yang memungkinkan itu terjadi karena hidup hanya di sekitar tembok rumah. Dan paling tragis banyak orang yang tidak kuasa karena tidak bisa membesuk saudaranya yang sakit, bahkan tidak bisa memberangkatkan anggota keluarganya yang meninggal secara wajar. Saya menyaksikan begitu banyak kematian yang sia-sia dan sanak keluarga tidak bisa melayat.

“Pandemi ini juga adalah sebuah tantangan yang bisa dijadikan peluang untuk melantangkan kepedulian cinta kasih. Barisan para dokter dan para medis dan para petugas rumah sakit lainnya telah menunjukan kepada kita melantangkan cinta kasih dengan mengorbankan waktu untuk keluarganya yang begitu membutuhkan kasih sayang. Meluangkan waktu untuk melayani pasien dan menyediakan diri terhadap resiko tertular di tengah-tengah banyaknya orang yang justru menghindar para medis berjuang untuk pemulihan bangsa.” Papar Ketua Umum PGI.

Ketua umum mengajak kepada semua untuk bersatu, bersama-sama ikut hadir menggaungkan dan melantangkan cinta kasih. Melalui pelayanan ditempat masing-masing dengan penuh semangat entah sebagai mahasiswa, dosen dan pengurus di kampus atau apapun tugas yang diemban. Selain itu, Ketua umum juga sangat mengapresiasi pimpinan IAKN Manado yang memanfaatkan Dies Natalis  ke 14 sebagai momentum untuk berefleksi di tengah pandemi yang telah begitu menggerus keprihatinan  sebagai masyarakat berbangsa Indonesia.

Pendeta menambahkan dalam tradisi Gereja ulang tahun k-14 dikenal sebagai Jubileum, dalam tradisi Perjanjian Lama setiap 7 tahun disebut tahun Yobel dan sekarang IAKN Manado 2 (dua) kali 7 (tujuh)  atau 14 tahun artinya 2 (dua) kali Jubileum. Dalam tradisi Gereja makna terdalam dari Jubileum adalah mewartakan berlakunya tahun rahmat Tuhan dalam kehidupan kita (Imamat 25 dan Lukas 4). Merayakan dies natalis atau jubileum di tengah masa sulit ini berarti juga sebuah ajakan bagi seluruh civitas untuk tidak pernah berhenti dan tidak terhambat oleh tantangan yang ada. Justru melihat ini sebagai peluang baru untuk memberlakukan rahmat  Tuhan dengan melantangkan cinta kasih. Tidak pernah berhenti berkarya.

Dibagian akhir refleksinya, Ketua umum menyampaikan bahwa semua transformasi ini bukan sekedar transfer of knowledge, bukan sekedar menangkap peluang pasar yang tersedia, bukan juga sekedar menjalankan anggaran Negara yang tersedia. Tetapi yang terutama adalah dalam rangka menawarkan diri untuk memfasilitasi masyarakat akademis menjawab pergumulan, bagaimana menghadirkan hidup berteologi dalam konteks kekinian masyarakat majemuk Indonesia dengan ragam masalah sosial – ekonomi.

Diketahui, acara Dies Natalis ke-14 IAKN Manado dibuka dengan doa oleh Pdt. Dr. Deflita R. L. Lumi, S.PAK., M.Pd (Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Kristen). Dilanjutkan dengan sambutan dari Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey, SE. Kemudian, sambutan dan refleksi oleh Prof. Dr. H. Nizar Ali, M.Ag (Sekjen Kemenag RI) dengan sub tema “Moderasi Beragama dan Keutuhan NKRI” sekaligus me-launching Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) dan Repository IAKN Manado diperbaharui dan dikembangkan di tahun 2021. Selanjutnya, doa tutup oleh Pdt. Zakaria Widodo, M.Th (Sekjen SAG Suluttenggo) serta ucapan terima kasih oleh Dr. Wolter Weol, S.Th., M.Pd (Direktur Pascasarjana IAKN Manado).

Tampak dalam ruang virtual ucapan selamat Hari Ulang Tahun ke-14 IAKN Manado datang dari berbagai pihak di antaranya, Drs. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si (Wakil Menteri Agama RI), Dr. Inosentius Samsul, SH., M.Hum (Kepala Badan Keahlian DPRI RI), Joune Ganda, SE (Bupati Minahasa Utara) dan Jemmy Ringkuangan, AP., M.Si (Pejabat Sekretaris Daerah Kota Tomohon).

Penulis : DOP
Editor : DOP
Sumber Berita : MBC IAKN Manado

Categories: Berita IAKN