“Papendangan” Festival 2025 Bakal Menjadi Program Tahunan IAKN Manado

Kegiatan bertajuk “Papendangan Festival 2025: Semiloka Agama-agama dan Kebudayaan” digelar pada Sabtu (21/6) di Kedai Kelung, Kaaten, Kelurahan Matani, Kota Tomohon. Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa kelas mata kuliah Dr. H.R. Pinontoan bekerja sama dengan Pusat Kajian Agama dan Budaya Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) serta Program Studi Sosiologi Agama IAKN Manado.

‎Festival ini melibatkan lebih dari 80 mahasiswa dari berbagai program studi. Kegiatan dihadiri oleh Rektor IAKN Manado, Dr. Olivia Cherly Wuwung, S.T., M.Pd, yang dalam sambutannya memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan tersebut. Ia menilai festival ini sebagai bagian dari upaya merayakan keragaman dan memperkuat peran masyarakat akademik dalam ruang publik.

‎“Kegiatan ini sangat bagus, dan harus menjadi program tahunan IAKN Manado. Ini adalah contoh bagaimana mengintegrasikan pengabdian masyarakat dan pengajaran yang berbasis komunitas kampus dan masyarakat,” ujar Rektor di hadapan para peserta dan undangan.


‎Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kaprodi Sosiologi Agama FSISK, Pdt. Jhonely Tatatuhas, M.Th, Sekretaris Prodi Natalia Lahamendu, M.Si, serta para dosen program studi lainnya. Festival ini menjadi ruang perjumpaan gagasan dan pengalaman dari beragam narasumber lintas agama dan budaya.

‎Papendangan Festival 2025 mengangkat tema “Agama-agama dan Kebudayaan: Ruang Dialog dan Transformasi Sosial.” Diskusi dalam festival ini difokuskan pada isu-isu aktual seperti hak masyarakat adat, kebebasan beragama dan berkeyakinan, spiritualitas ekologis, kekerasan berbasis gender, peran agama di era digital, serta politik kebudayaan.

‎Sejumlah narasumber yang hadir antara lain Sofyan J. Yosadi, SH (agama Konghucu), Iswan Sual, S.Pd (komunitas Laroma), Rahman Mantu, M.Hum (akademisi Islam), Pdt. Dr. Steven Bons Manengkei (Kristen GMIM), Rikson Karundeng, M.Teol (aktivis masyarakat adat), Greenhill Weol, SS (Direktur Mawale Movement), Ruth K. Wangkai, M.Th dan Riane Elean, M.Si (aktivis PUKKAT), Fredy S. Wowor, M.Teol (budayawan Minahasa), serta Kalfein Wuisan, M.Pd (filmmaker dan aktivis masyarakat adat).

‎Kegiatan ini bertujuan memperkuat pemahaman mengenai peran agama dalam kebudayaan lokal dan nasional, mendorong dialog antarumat beragama melalui pendekatan kebudayaan, dan membuka ruang refleksi akademik-praktis atas interaksi agama dan budaya. Selain itu, festival ini juga diarahkan untuk menyusun usulan program kolaboratif berbasis multikulturalisme dan keadilan sosial.

‎Dengan kehadiran tokoh lintas iman dan budaya, Papendangan Festival menjadi momentum penting bagi sivitas akademika IAKN Manado untuk memperlihatkan wajah Indonesia yang majemuk sekaligus menegaskan peran strategis kampus dalam membangun ruang publik yang inklusif dan dialogis.

Categories: Berita IAKN, News, News, News