
Minahasa, 13 November 2024 — Rektor Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado, Dr. Olivia Cherly Wuwung, S.T., M.Pd tampil sebagai narasumber pada Sesi Pertama dalam Dialog Lintas Agama Indonesia-Serbia yang berlangsung pada Selasa, 12 November 2024, di Beograd.
Hadir juga dalam kegiatan, Delegasi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) di bawah Pimpinan Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Muhamad Adib Abdusomad M.Ag, M.Ed, Ph.D dan Dr. H. Nurudin, S.Pd.,M.Si (Kepala Biro Organisasi Dan Tatalaksana Kemenag RI).
Acara yang menjadi wadah pertemuan antara pemuka agama dan tokoh masyarakat dari Indonesia dan Serbia ini bertujuan untuk memperkuat kerukunan lintas agama dan menggalang dialog untuk menciptakan perdamaian di tengah keberagaman.
Sesi pertama Plenary Session I mengangkat tema “Religious Tolerance in Public Discourse” atau “Toleransi Beragama dalam Ranah Publik.”

Dalam kesempatan ini, Rektor IAKN Manado berbagi pandangan dan pengalaman tentang upaya Indonesia dalam mempromosikan moderasi beragama serta toleransi dalam kehidupan publik, khususnya dalam konteks masyarakat pluralistik seperti Indonesia.
Selain Rektor IAKN Manado, sesi ini juga diisi oleh berbagai narasumber berpengaruh lainnya, antara lain:
- Dr. Vladimir Roganovic, Direktur Administrasi Kerjasama dengan Gereja dan Komunitas Agama, yang membuka konferensi,
- Prof. Jamhari Makruf, Ph.D., Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia,
- Perwakilan Gereja Ortodoks Serbia,
- Mr. Anak Agung Ngurah Ariya, jurnalis dari SEA Today,
- Perwakilan Gereja Katolik Roma di Serbia,
- Ms. Astrid Nadya Rizqita, Presiden OIC Youth Indonesia,
- Perwakilan Komunitas Islam di Serbia, dan
- Perwakilan Gereja Kristen Reformasi di Serbia.

Rektor memaparkan program Religious Moderation Village atau Desa Moderasi Beragama yang dipimpin oleh IAKN Manado di Sulawesi Utara sebagai salah satu contoh konkret dalam memperkuat toleransi dan kohesi sosial.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya moderasi beragama di berbagai desa, termasuk Tontalete, Maen, Laikit, dan Kalasey Satu. Beberapa inisiatif utama yang telah berhasil diterapkan antara lain:
Pendidikan Tinggi sebagai Pusat Penguatan Moderasi Beragama : Perguruan tinggi dianggap penting sebagai pusat pembelajaran dan transformasi sosial, yang bertujuan membentuk komunitas yang harmonis, damai, dan toleran melalui kerja sama dengan pemerintah, media, dan tokoh masyarakatDalam diskusi ini, para pembicara mengeksplorasi upaya yang telah dan sedang dilakukan di Indonesia dan Serbia untuk mendorong hubungan harmonis antaragama serta memperkuat moderasi beragama di tengah masyarakat.
Penguatan Ekonomi Berbasis Potensi Lokal: Melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan ekonomi melalui produk lokal seperti gula aren dan olahan pangan lainnya, yang berperan dalam mempererat hubungan lintas agama.
Dialog Antarumat Beragama: IAKN Manado menyelenggarakan pertemuan rutin antara pemimpin agama, pemerintah, dan masyarakat untuk membahas pentingnya moderasi beragama sebagai bentuk perwujudan semboyan “Torang Samua Basudara” (Kita Semua Bersaudara).

Sementara itu, sesi kedua bertemakan “Importance of Churches and Religious Communities in Perseverance of Cultural Heritage” dengan para pembicara yang hadir dalam sesi ini berasal dari berbagai latar belakang keagamaan dan budaya, termasuk:
- Jovana Rakovic, Koordinator Dialog Lintas Agama Indonesia-Serbia ke-5 dan Kepala Departemen Dialog Antaragama, Kementerian Kehakiman Serbia.
- Dr. I Gede Suwindia, Rektor Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan, Bali.
- Ambassador Safira Machrusah, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
- Christine Jenny Sandra, Tokoh Gereja Ortodoks di Indonesia dan dermawan Gereja St. Thomas di Jakarta.
- Prof. Dr. Masnun Tahir, Rektor Universitas Islam Negeri Mataram, NTB.
- Dr. Li. Edi Ramawijaya Putra, Rektor Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya, Tangerang, Banten.
Dialog ini berfokus pada peran pemerintah, tokoh agama, dan media dalam mendorong toleransi dan kesetaraan. Topik penting lainnya termasuk bagaimana pendidikan dan pelibatan masyarakat dapat memperkuat pemahaman lintas agama dan mendukung harmoni sosial.
Acara yang dihadiri oleh berbagai tokoh agama, akademisi, mahasiswa, dan perwakilan dari organisasi keagamaan ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi konkrit bagi upaya kerukunan di masa depan. Selain itu, dialog ini mempertegas kembali komitmen Indonesia dan Serbia dalam memelihara masyarakat yang damai dan berkeadilan melalui pendekatan lintas agama dan lintas budaya.
Kerja sama lintas agama antara Indonesia dan Serbia dimulai sejak tahun 2011 dan telah memasuki pertemuan kelima kali ini.
Dengan mengusung nilai keberagaman, kebebasan beragama, serta pelestarian budaya, kedua negara aktif dalam mendiskusikan tantangan-tantangan kontemporer seperti peran pemuda, perempuan, dan pentingnya dialog di era digital.
Diharapkan, dialog ini akan memberikan kontribusi positif dalam menciptakan rekomendasi bersama untuk menjawab tantangan-tantangan masa kini dan masa depan.
Melalui keterlibatan aktif para tokoh lintas agama seperti Rektor IAKN Manado, konferensi ini menegaskan pentingnya dialog dalam membangun masyarakat global yang toleran dan damai.*DOP